Anjing
Suatu saat di Maiyahan, Mbah Nun mengajak jamaah berdialog, kurang lebih isinya begini,
"Anjing, babi itu haram apa enggak?"
"Haram!"
"Loh, kata siapa? Anjing, Babi itu baram kalau dimakan, itu pun bisa jadi halal dengan kondisi tertentu."
Lalu lanjut sambil agak guyon, "Ya kalo kamu jalan-jalan, gendong, ya enggak haram."
Obrolan terkesan guyon dan biasa, namun kalau dipikir-pikir, akan berbeda jika ditanamkan "anjing haram" dengan "anjing haram kalau dimakan."
Biasanya mindset awalnya, "anjing haram," akibatnya pandangan ke anjing ini jadi beda, menjadi agak gimana dalam arti negatif. Berbeda setelah diubah menjadi, "anjing itu haram kalau dimakan," jadi lebih, "ya sudah, itu makhluk yang Allah ciptakan juga."
Perkara kena jilatannya atau liurnya, ada prosedur untuk membersihkannya yang diajarkan oleh Rasul yang mesti dilakukan. "Itu prosedural saja," kata Mbah Nun.
Kemudian, biasanya pembicaraan berlanjut,
"Kamu sama anjing, duluan siapa (diciptakannya)?"
"Anjing."
"Kalo sama tumbuhan? Pohon-pohonan?"
"Pohon."
Lalu sambil agak guyon lagi, "Nah berarti, anjing, binatang, pohon, tumbuhan itu kakakmu, kita ini (manusia) bungsu. Jadi nanti kalo di jalan ketemu anjing, bilang, 'Permisi, kakak!'"
Guyonan yang langsung disambut gelak tawa jamaah.
Perbincangan kadang juga berlanjut, kurang lebih begini: sekarang, banyak manusia modern ini yang menganggap alam ini diciptakan untuk manusia, maka alam dieksploitasi demi kepentingan manusia sendiri. Demokrasinya pun tidak mementingkan binatang, tumbuhan (serta makhluk Allah yang lain). Padahal budaya leluhur kita, saat membuat sesuatu itu memperhatikan alam, binatang, tumbuhan, dan sebagainya.
Dialog sebelumnya menyadarkan bahwa alam ini bukan untuk manusia saja, ada binatang, ada tumbuhan dan lainnya yang memiliki haknya sendiri, manusia dengan tugasnya sebagai Khalifah mesti memperhatikan ini, keputusan pengelolaan sesuatu mesti melihat makhluk lain pula.
"Rasul saat mau bikin Masjid Nabawi, siapa yang menentukan titik lokasi dibangunnya? Untanya!"
(Ini merujuk pada peristiwa saat Nabi Muhammad membiarkan untanya berjalan di Yatsrib, pada saat Rasul baru tiba di kota tersebut setelah hijrahnya dari Mekkah, lalu singgah sebentar di Quba. Unta sang Nabi lalu berhenti di satu titik, lalu di titik itulah Masjid Nabawi dibangun, disusul kemudian rumah Nabi yang menempel dengan Masjid).
***
Eh ya, perkara anjing juga, ada anjing yang perilakunya diabadikan di Al-Quran. Anjing milik Ashabul Kahfi ini diabadikan dalam surat Al-Kahfi. Ia menemani para pemuda yang menyelamatkan diri dari kejaran pasukan raja karena memegang teguh keimanan mereka. Anjing tersebut lantas bersimpuh di depan gua, seolah menjaga tuannya.
No comments: