"Ya Allah, Ini Nanti Keluarnya Gimana?"
Semalam di acara Tabligh Akbar yang bertempat di AQL Islamic Center Tebet, ada hal yang menarik bagi saya. Tabligh Akbar yang mengundang Ustadz Abdul Somad ini dihadiri begitu banyak jamaah, saking penuh sesaknya, kalau dirimu parkir di Jalan Tebet Utara, mesti jalan ratusan meter untuk ke area Tabligh Akbar yang melalui jalanan perumahan warga. Sesak, penuh betul, jalan susah, ada akses yang ditutup karena sudah penuh, akhirnya menuju jalan lain yakni melalui jalan yang diportal, sehingga jamaah hanya bisa masuk satu per satu.
Saking sesaknya pula, sulit untuk menemukan ruang kosong dan layak untuk shalat Isya, bahkan sebagian jamaah tak dapat menemukan tempat yang layak untuk shalat. Saya cukup beruntung, karena mendapat sedikit ruang kosong untuk bisa ikut shalat Isya berjamaah, tentunya dengan sajadah yang dibawa sendiri serta wudhu yang dijaga biar tidak batal. Saya enggak tahu juga, apa biasanya seramai itu atau karena ada Ust. Abdul Somad, lha wong saya dateng salah satunya karena ada beliau, karena jarang beliau menyempatkan berdakwah ke Jakarta.
Tapi, bukan itu poin utama saya. Saat memasuki area jamaah Tabligh Akbar, saya kepikiran, "Ya Allah, ini masuknya sulit, mau shalat sulit, mau duduk dengerin juga gak begitu leluasa, banyak yang berdiri, nanti kalau acara beres, keluarnya gimana Ya Allah? Pasti lama, mengantre."
Ya mudah bagi Allah, 85 menit setelah Ust. Abdul Somad berbicara, hujan turun deras, betulan deras! Walhasil jamaah yang di jalanan, yang enggak dapet tenda ya bubar, berpindah ke samping, jalan jadi lebih lapang, yang jalan hanya mereka yang bawa payung, jas hujan, serta yang ramai-ramai menjadikan alas duduk -entah dus atau terpal- sebagai peneduh kepala mereka.
Sambil jalan ke luar, sambil payungan, saya ketawa puas, "Ya Allah, tadi saya kebingungan ini keluarnya gimana, lah bagi Engkau mudah sekali mengatur segala, Engkau turunkan hujan deras, lapang lah jalan, mudah bagi kami keluar setelah acara. Duh ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui, sedang kami nggak tahu apa-apa. Semoga kami tidak sok tahu."
Dan saya terus senyam-senyum hampir sepanjang jalan sambil payungan.
Saking sesaknya pula, sulit untuk menemukan ruang kosong dan layak untuk shalat Isya, bahkan sebagian jamaah tak dapat menemukan tempat yang layak untuk shalat. Saya cukup beruntung, karena mendapat sedikit ruang kosong untuk bisa ikut shalat Isya berjamaah, tentunya dengan sajadah yang dibawa sendiri serta wudhu yang dijaga biar tidak batal. Saya enggak tahu juga, apa biasanya seramai itu atau karena ada Ust. Abdul Somad, lha wong saya dateng salah satunya karena ada beliau, karena jarang beliau menyempatkan berdakwah ke Jakarta.
Tapi, bukan itu poin utama saya. Saat memasuki area jamaah Tabligh Akbar, saya kepikiran, "Ya Allah, ini masuknya sulit, mau shalat sulit, mau duduk dengerin juga gak begitu leluasa, banyak yang berdiri, nanti kalau acara beres, keluarnya gimana Ya Allah? Pasti lama, mengantre."
Ya mudah bagi Allah, 85 menit setelah Ust. Abdul Somad berbicara, hujan turun deras, betulan deras! Walhasil jamaah yang di jalanan, yang enggak dapet tenda ya bubar, berpindah ke samping, jalan jadi lebih lapang, yang jalan hanya mereka yang bawa payung, jas hujan, serta yang ramai-ramai menjadikan alas duduk -entah dus atau terpal- sebagai peneduh kepala mereka.
Sambil jalan ke luar, sambil payungan, saya ketawa puas, "Ya Allah, tadi saya kebingungan ini keluarnya gimana, lah bagi Engkau mudah sekali mengatur segala, Engkau turunkan hujan deras, lapang lah jalan, mudah bagi kami keluar setelah acara. Duh ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui, sedang kami nggak tahu apa-apa. Semoga kami tidak sok tahu."
Dan saya terus senyam-senyum hampir sepanjang jalan sambil payungan.
No comments: